Aliran Rasa Matrikulasi IIP Batch 5 : Ibu Barrata Belajar Profesional

Ibu Barrata Belajar Profesional
Oleh : Ely Kurniawati

Alhamdulillah akhirnya tahun ini bisa mengikuti perkuliahan Matrikulasi Institut Ibu Profesional. Sebenarnya, mengenal bu Septi dan IIP sudah lama dari FB, tapi baru berkesempatan untuk mengikuti perkuliahan pada tahun ini. Berawal dari postingan teman tentang launching salah satu rumbel di IP Batam. Dan akhirnya saya terhubung dengan leader komunitas, dan masuk ke dalam grup pra matrikulasi. Sungguh nikmat rejeki yang sangat saya syukuri.

Belajar di usia 8 tahun pernikahan, membuat saya sangat iri dengan mereka yang masih muda, mereka yang baru menikah, akan tetapi sudah mengenal IIP dan belajar di dalamnya. Dikala iri hati ini mendera, alhamdulillah di salah satu materi ada kalimat yang menyebutkan bahwa kita hanya perlu untuk lakukan lakukan lakukan, jangan berfokus pada keberhasilan orang lain. Mbak fasil kece, yang biasa kami sapa dengan sebutan cikgu, juga mengingatkan bahwa untuk mengulang fase kehidupan sesuai fitrahnya bukan berarti dengan cara menjejalkannya karena panik takut ketinggalan. Rasanya ceeessss
Segala yang tertinggal harus kita kejar tapi tetap sersan, serius dan santai. Itu semua membuat saya bersyukur bisa belajar di sini, tidak tergesa-gesa, tidak silau dengan kesuksesan orang lain, dan yang paling penting adalah kesungguhan dan konsistensi.

Saya sangat kagum dengan bagaimana ibu Septi beserta seluruh tim matrikulasi menyusun materi demi materi.  Mulai dari Adab menuntut ilmu, dilanjutkan ilmu-ilmu yang sangat berkesinambungan, saling berkaitan satu dengan lainnya. Dimulai dari diri sendiri untuk selanjutnya bisa mengaplikasikan kepada keluarga. Jika ditanya, materi mana yang paling berkesan? Saya merasa semua materi memberi porsi masing-masing dalam menabok saya. plak plak plak..  Aktivitas “Dress Up 7 to 7” yang diciptakan bu Septi juga sangat menginspirasi dan bahkan mengingatkan memori-memori masa kecil saya terhadap laku hidup wanita desa yang dicontohkan ibu saya. Besar di desa membuat saya mengingat bagaimana para wanita desa itu bangun di pagi hari menyiapkan semuanya untuk keluarga, mulai dari memasak sampai beberes. Tetapi kenapa saya harus belajar itu semua dari bu Septi? Harusnya saya bisa belajar itu semua dari teladan ibu saya. Sepertinya pola pikir wanita terpelajar agak menggeser mindset saya dan keluarga saya, mengenai keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wanita. Biarlah semua jadi sejarah dan sekarang dibuka lembaran baru, untuk memulai lagi semua yang terlewat.



Saya dibesarkan oleh keluarga jaman dulu, yang sebagian besar berprofesi sebagai guru. Menduduki posisi ranking di kelas adalah sesuatu yang diharapkan dari anaknya dan menjadi parameter kesuksesan. Seiring waktu saya belajar pengasuhan anak, mulai paham bahwa itu semua tidaklah benar. Dikuatkan lagi dengan satu kalimat yang sangat saya favoritkan di dalam materi matrikulasi yaitu JANGANLAH MERATAKAN BUKIT, TAPI MARILAH MENINGGIKAN GUNUNG, begitulah kurang lebih bunyinya. Terkadang di lubuk hati saya masih suka membandingkan anak saya dengan anak lain, dengan pencapaian anak lain. Tapi saya selalu belajar dan selalu menekankan kalimat di atas kepada diri saya. Menjadi ranking di kelas bukan segala-galanya. Menjadi bisa dalam segala bidang bukanlah tujuan. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengetahui untuk apa Allah menugaskan kita di dunia ini, dan berfokus pada bidang tersebut.

Selama belajar di Matrikulasi ini, suami saya sangat mendukung melihat perubahan yang masih sedikit ini pada diri saya. Kami memiliki beberapa momen belajar bersama, berdiskusi bersama. Suami saya juga lebih open mind dalam menerima masukan-masukan saya. Kehidupan kami berdua lebih berwarna. Suami saya meskipun sabarnya kebangetan, tapi dia cenderung cuek. Di perkuliahan ini kami belajar bersama, belajar saling berkomunikasi efektif, semoga kami bisa beriringan menjadi pribadi yang lebih baik nantinya.

Sebagian besar NHW saya kerjakan lewat blog ini yang berarti membuat saya menulis di blog minimal sekali seminggu. Memiliki blog dan menulis di dalamnya adalah keinginan saya sejak lama. Saya selalu kagum dengan mereka yang pandai menuliskan kata-kata merangkainya jadi kalimat yang menginspirasi dan menularkan ke banyak orang yang membacanya. Akan tetapi saya selalu terbentur oleh ketidak-PD-an dengan kemampuan menulis saya. Dengan adanya NHW yang harus didokumentasikan dalam tulisan ini, benar-benar meng-encourage saya untuk menulis dan menulis. Saya sadari bahwa saya hanya perlu untuk memulai, dan biarlah kesungguhan, konsistensi dan pengalaman yang akan memperbaiki kemampuan menulis saya.
Kesembilan NHW yang dikerjakan tersebut memang hanya paper work¸ yang dinilai oleh Fasil sebagai salah satu tolok ukur. Akan tetapi, dengan menuliskan apa-apa yang harus saya lakukan, memberikan saya tanggung jawab untuk mengamalkannya, jika tidak ingin termasuk golongan yang dibenci oleh Allah. Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa “Sungguh besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS.As-Shaf:3). Jadi yang lebih penting dari semua NHW tersebut adalah mengaplikasikan apa yang sudah saya tuliskan dalam NHW. Menjadikan senyuman, keceriaan, dan kebahagiaan dari suami dan anak-anak sebagai tolok ukur yang sesungguhnya sebagai hasil dari perkuliahan matrikulasi IIP Batch 5 ini.

Yang terakhir, dengan bergabung dengan komunitas Ibu Profesional wilayah Batam ini, saya bisa saling bertemu, bertukar pikiran, berbagi ilmu pengetahuan dengan rekan-rekan Ibu Profesional lainnya. Saya berharap bisa menjaga bara semangat ini, untuk senantiasa belajar dan memperbaiki diri. Bersamasama dengan keluarga lainnya membangun peradaban dari rumah masing-masing, melingkar ke sekitar kami. Dan Insya Allah akan menghasilkan generasi yang lebih baik di masa mendatang. Aamiin



Comments