Bismillahirrahmanirrahiim...
flashback dulu ya ke masa-masa lulus kuliah
sebagaimana teman-teman seangkatan, saya pun lantas melamar pekerjaan di mana mana ketika sudah mengantongi surat keterangan lulus. harapannya adalah ketika wisuda nantinya sudah mendapatkan pekerjaan.
akan tetapi selalu saja belum berhasil mendapatkan pekerjaan.
gagal dan selalu gagal. Adalah bapak yang berpesan untuk menikmati hidup pasca perkuliahan. Bapak berpesan agar saya menikmati hidup merdeka, sebelum disibukkan dengan pekerjaan, sebelum disibukkan dengan kewajiban menjadi istri seseorang. Tak memperhatikan pesan tersebut, saya tetap saja melamar pekerjaan di sana sini. Sampai suatu ketika bapak menelpon menanyakan kenapa saya tidak pulang ke rumah. Bapak yang memang tegas dan sepertinya memahami keinginan saya, lantas langsung menuju pokok pembahasan dan mengatakan agar saya berhenti melamar pekerjaan, agar saya menikmati kemerdekaan saya sebagai perempuan, sambil menunggu wisuda saya harus pulang. Sekuat apapun mencoba, jikalau restu belum dikantongi maka kegagalan lah yang didapat.
Akhirnya saya pulang kampung ke ponorogo dan di sanalah saya menikmati hidup sehari-hari di desa sambil menunggu waktunya wisuda di kampus saya di Surabaya. Nikmat memang, tidak perlu mengerjakan tugas kuliah, belum memiliki tanggung jawab pekerjaan dan belum menikah. Meski demikian saya sempat bekerja lepas sebagai surveyor di beberapa project riset pasar. Alhamdulillah masih mendapatkan penghasilan tipis-tipis.
Waktu berlalu, hari wisuda pun berlalu, maka kegiatan rutin para lulusan perguruan tinggi dimulai. Hunting pekerjaan!!! masih kegagalan yang saya peroleh. Jika sebelumnya saya bisa memahami karena memang belum direstui orang tua, maka saat ini saya merasa sangan down dikarenakan kegagalan ini. Sampai tiba saatnya di bulan April, yang artinya adalah 1 bulan setelah lulus, pekerjaan yang saya dapat masih berputar pada project-project lepas sebagai surveyor. Pada bulan tersebut terjadi musibah yang tidak disangka-sangka. Bapak dan ibu mendapatkan kecelakaan sepulang silaturahmi ke rumah saudara. Bapak harus menjalani operasi patah tulang di Solo, dan ibu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit di ponorogo. Berbagi tugas, mbak yang memang memiliki pekerjaan di ponorogo, menjaga ibuk di rumah sakit ponorogo. Sementara saya yang belum bekerja, mendapatkan tugas untuk menjaga bapak ke Solo. Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Paska operasi bapak adalah justru masa-masa sulit karena harus memulihkan kondisi, harus diam di rumah sementara bapak adalah orang yang tidak bisa diam saja.
Di sini saya benar-benar merasakan bagaimana merawat orang tua. Bagaimana manjanya beliau, bagaimana beliau harus bergantung pada kita untuk sekedar buang air besar maupun kecil, bagaimana memandikan beliau, dan banyak hal lainnya. Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut, meskipun tidak selamanya saya melakukan dengan kesabaran. Terkadang juga ada perasaan jengkel dengan rengekan bapak. Tapi di sinilah saya menyadari mengapa Allah menakdirkan saya untuk tidak bekerja dahulu. Tak terbayang jika saya ditakdirkan bekerja di Batam sebelum saya wisuda. Tak terbayang jika mbak yang sedang hamil harus merawat bapak paska operasi dan ibu yang masih pemulihan. Sungguh takdir dan misteri Allah luar biasa. Saya harus merawat beliau berdua, memberikan sedikit bakti selepas nikmat pendidikan yang mereka berikan kepada saya.
Masa itu sudah berlalu, satu tahun lamanya saya lulus, dan baru mendapatkan pekerjaan di Batam yang mengharuskan saya untuk merantau jauh dari keluarga. Saya sangat bersyukur bisa melalui itu semua..
sebagaimana teman-teman seangkatan, saya pun lantas melamar pekerjaan di mana mana ketika sudah mengantongi surat keterangan lulus. harapannya adalah ketika wisuda nantinya sudah mendapatkan pekerjaan.
akan tetapi selalu saja belum berhasil mendapatkan pekerjaan.
gagal dan selalu gagal. Adalah bapak yang berpesan untuk menikmati hidup pasca perkuliahan. Bapak berpesan agar saya menikmati hidup merdeka, sebelum disibukkan dengan pekerjaan, sebelum disibukkan dengan kewajiban menjadi istri seseorang. Tak memperhatikan pesan tersebut, saya tetap saja melamar pekerjaan di sana sini. Sampai suatu ketika bapak menelpon menanyakan kenapa saya tidak pulang ke rumah. Bapak yang memang tegas dan sepertinya memahami keinginan saya, lantas langsung menuju pokok pembahasan dan mengatakan agar saya berhenti melamar pekerjaan, agar saya menikmati kemerdekaan saya sebagai perempuan, sambil menunggu wisuda saya harus pulang. Sekuat apapun mencoba, jikalau restu belum dikantongi maka kegagalan lah yang didapat.
Akhirnya saya pulang kampung ke ponorogo dan di sanalah saya menikmati hidup sehari-hari di desa sambil menunggu waktunya wisuda di kampus saya di Surabaya. Nikmat memang, tidak perlu mengerjakan tugas kuliah, belum memiliki tanggung jawab pekerjaan dan belum menikah. Meski demikian saya sempat bekerja lepas sebagai surveyor di beberapa project riset pasar. Alhamdulillah masih mendapatkan penghasilan tipis-tipis.
Waktu berlalu, hari wisuda pun berlalu, maka kegiatan rutin para lulusan perguruan tinggi dimulai. Hunting pekerjaan!!! masih kegagalan yang saya peroleh. Jika sebelumnya saya bisa memahami karena memang belum direstui orang tua, maka saat ini saya merasa sangan down dikarenakan kegagalan ini. Sampai tiba saatnya di bulan April, yang artinya adalah 1 bulan setelah lulus, pekerjaan yang saya dapat masih berputar pada project-project lepas sebagai surveyor. Pada bulan tersebut terjadi musibah yang tidak disangka-sangka. Bapak dan ibu mendapatkan kecelakaan sepulang silaturahmi ke rumah saudara. Bapak harus menjalani operasi patah tulang di Solo, dan ibu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit di ponorogo. Berbagi tugas, mbak yang memang memiliki pekerjaan di ponorogo, menjaga ibuk di rumah sakit ponorogo. Sementara saya yang belum bekerja, mendapatkan tugas untuk menjaga bapak ke Solo. Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Paska operasi bapak adalah justru masa-masa sulit karena harus memulihkan kondisi, harus diam di rumah sementara bapak adalah orang yang tidak bisa diam saja.
Di sini saya benar-benar merasakan bagaimana merawat orang tua. Bagaimana manjanya beliau, bagaimana beliau harus bergantung pada kita untuk sekedar buang air besar maupun kecil, bagaimana memandikan beliau, dan banyak hal lainnya. Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut, meskipun tidak selamanya saya melakukan dengan kesabaran. Terkadang juga ada perasaan jengkel dengan rengekan bapak. Tapi di sinilah saya menyadari mengapa Allah menakdirkan saya untuk tidak bekerja dahulu. Tak terbayang jika saya ditakdirkan bekerja di Batam sebelum saya wisuda. Tak terbayang jika mbak yang sedang hamil harus merawat bapak paska operasi dan ibu yang masih pemulihan. Sungguh takdir dan misteri Allah luar biasa. Saya harus merawat beliau berdua, memberikan sedikit bakti selepas nikmat pendidikan yang mereka berikan kepada saya.
Masa itu sudah berlalu, satu tahun lamanya saya lulus, dan baru mendapatkan pekerjaan di Batam yang mengharuskan saya untuk merantau jauh dari keluarga. Saya sangat bersyukur bisa melalui itu semua..
kiranya restu orang tua dan tawakkal atas takdir Allah akan membantu
kita menjalani kehidupan yang bahagia..
Demikian sedikit sharing untuk menjawab
tantangan mbak Moniq, semoga akan menjadi catatan pengingat bagi saya pribadi di kala tawakkal itu belum dimiliki.
Mengingatkan saya lagi lagi n lagi klau restu ortu amat penting. Trims mbk
ReplyDeletesemoga bisa selalu berbakti ya mbak. aamiin
DeleteMengingatkan saya lagi lagi n lagi klau restu ortu amat penting. Trims mbk
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerimakasih sudah berbagi cerita mba ely, bahagia sekali rasanya bisa mendapat kesempatan merawat ortu mba. Pahalanya itu loh. Jd teringat sy tidak mendapat rejeki mata saat papa sy meninggal, rasanya masih terbayang sampe sekarang hiks
ReplyDeleteSama-sama mba moniq.. semoga masih bisa menjadi anak yang sholehah mbak meskipun papa sudah tiada. aamiin
Deletebetul ya mbak, Allah selalu memberi yang terbaik buat kita pada waktu yang tepat, nikmat bakti ke orangtua yang belum tentu didapat orang lain juga bisa mbak jalani... thanks for sharing mbaaak, jadi pengingat buat aku untuk bakti ke orangtua :*
ReplyDeleteyup mba, sama-sama ya.. self reminder juga nih.. terimakasih sudah mampir
Deleteluar biasa mbak er,,,, saya juga merasakan merawat nenek saya yang beliau gak bisa jalan cuma duduk saja
ReplyDeletesemoga nenek sehat selalu ya mbak
DeleteTerima kasih sharingnya mbak ely, aku termasuk iri melihat anak yang bisa ada ketika orangtuanya membutuhkan.. ingat bapak ibu syaa di makassar.. hikss
ReplyDeletesama mbak, saya juga di batam ortu di jawa.. alhamdulillah diberi kesempatan sebelum cus ke batam
DeleteMasyaAllah mba. Memang rencana Allah selalu lebih baik dan indah.
ReplyDeleteSemoga orangtua kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah.
AAmiin.. semoga beliau selalu sehat dan kita bisa menjadi anak-anak sholehah ya mbak
DeleteSemangat Mb Ely.
ReplyDeleteternyata saya baru ngeh klo ini mb ely.
ketemunya di WA aja sih ya.
hahahah
eh ud ktemu bbrapa kali saya aja yg gk ngeh ya.
hehe
maafkan
Hahaa... padahal i notice you since first meeting di loncing rumbel HS lo mbak.. situ charming sih ya
DeleteSemoga Allah anugrahkan kesehatan untuk ke2 ort Kita ... terimksh sharingnya mba ..
ReplyDeleteAamiin... terimakasih mba sudah mampir
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSama mba ely..saya juga merasakan gimana nikmat nya merawat ortu yg sakit,bolak balik ke rumah sakit,dan yg ngurusin hanya kami anak2 perempuan nya..semoga allah mudahkan dan berikan kesehatan untuk ortu kita semua ya mba..amin
ReplyDeleteAamiin... terimakasih mba sudah mampir
DeleteMasyaAllah. barakallah mba 😘
ReplyDeleteAamiin... terimakasih dekJul sudah mampir.. aku panggil dekJul aja sekarang, abis belia banget sih
DeleteBarakallah mba Ely.. thanks for sharing.. tulisannya menjadi pengingat untuk saya mba
ReplyDeleteAamiin... terimakasih mba sudah mampir
Delete